A.
Demam
tifoid
Disebut
juga dengan Typus abdominalis atau typoid fever. Demam tipoid ialah penyakit infeksi akut yang
biasanya terdapat pada saluran pencernaan
(usus halus) dengan gejala demam
satu minggu atau lebih disertai
gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran .
B.
Etiologi
Demam
tifoid disebabkan oleh bakteri
Salmonella typhi atau salmonella
paratyphi dari Genus Salmonella. Bakteri
ini berbentuk batang, gram negatip, tidak
membentuk spora, motil, berkapsul dan mempunyai flagella (bergerak
dengan rambut getar). Salmonella typhi mempunyai 3 macam antigen, yaitu :
1.
Antigen O (Antigen somatik), yaitu terletak pada lapisan luar dari tubuh kuman.
Bagian ini mempunyai struktur kimia lipopolisakarida atau disebut juga
endotoksin. Antigen ini tahan terhadap panas dan alkohol tetapi tidak tahan
terhadap formaldehid.
2.
Antigen H (Antigen Flagella), yang terletak pada flagella, fimbriae atau pili
dari kuman. Antigen ini mempunyai struktur kimia suatu protein dan tahan
terhadap formaldehid tetapi tidak tahan terhadap panas dan alkohol.
3.
Antigen Vi yang terletak pada kapsul (envelope) dari kuman yang dapat
melindungi kuman terhadap fagositosis. Ketiga macam antigen tersebut di atas di
dalam tubuh penderita akan
menimbulkan pula pembentukan 3 macam antibodi yang lazim disebut
aglutinin.
C.
Patogenesis
Salmonella typhi dan Salmonella
paratyphi masuk kedalam tubuh manusia melalui makanan yang terkontaminasi
kuman. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke
usus halus dan berkembang biak. Bila respon imunitas humoral mukosa IgA
usus kurang baik maka kuman akan menembus sel-sel epitel terutama sel
M dan selanjutnya ke lamina propia.
Di
lamina propia kuman berkembang biak dan difagosit oleh sel-sel fagosit terutama
oleh makrofag. Kuman dapat hidup dan berkembang biak di dalam makrofag dan
selanjutnya dibawa ke plaque Peyeri ileum distal dan kemudian ke kelenjar getah
bening mesenterika. Selanjutnya melalui duktus torasikus kuman yang terdapat di
dalam makrofag ini masuk ke dalam sirkulasi darah (mengakibatkan bakterimia
pertama yang asimtomatik) dan menyebar ke seluruh organ retikuloendotelial
tubuh terutama hati dan limpa. Di organ-organ ini kuman meninggalkan sel-sel
fagosit dan kemudian berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid dan
selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi darah lagi yang mengakibatkan bakterimia
yang kedua kalinya dengan disertai tanda-tanda dan gejala penyakit infeksi
sistemik, seperti demam, malaise, mialgia, sakit kepala dan sakit perut.
D.
Perubahan
anatomis dan fisiologis
Anatomis
: hati membesar, perut kembung, perut tegang serta berat badan menurun
Fisiologis:
gangguan penurunan absorbsi pada usus besar, gangguan pemenuhan kebutuhan tubuh
eliminasi pada BAB
E.
Gejala
Klinis
Gejala
klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika dibanding dengan
penderita dewasa. Masa inkubasi rata-rata 10 – 20 hari. Setelah masa inkubasi
maka ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri
kepala, pusing dan tidak bersemangat. Kemudian menyusul gejala klinis yang
biasa ditemukan, yaitu :
1.
Demam
Pada
kasus-kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu. Bersifat febris remiten dan
suhu tidak berapa tinggi. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsurangsur
meningkat setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada
sore dan malam hari. Dalam minggu kedua, penderita terus berada dalam keadaan
demam. Dalam minggu ketiga suhu tubuh berangsur-angsur turun dan normal kembali
pada akhir minggu ketiga.
2.
Ganguan pada saluran pencernaan
Pada
mulut terdapat nafas berbau tidak sedap. Bibir kering dan pecah-pecah (ragaden) . Lidah ditutupi selaput putih
kotor (coated tongue), ujung dan tepinya kemerahan, jarang disertai tremor.
Pada abdomen mungkin ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan
limpa membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya didapatkan konstipasi,
akan tetapi mungkin pula normal bahkan dapat terjadi diare.
3.
Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun
tidak berapa dalam, yaitu apatis sampai somnolen. Jarang terjadi sopor, koma
atau gelisah.
F.
Terapi
Dasar
Pengobatan
dapat dengan memberikan amoxil chloromycetin, dan untuk toksemia parah
diberikan bactrim, cipro, rocephin. Abses terlokalisir di perlukan drainase.
Enterokolitis memerlukan antibiotic yang pendek, hanya kalau terjadi septicemia
total dan memberikan cairan untuk mengatur keseimbangan elektrolit.pemberian
antidiare, kaopectate, motofen, kodein, dan dosis kecil morfin diperlukan untuk
mengurangi diare dan kram bagi mereka
yang perlu aktif.
G.
Pencegahan
Untuk
mencegah salmonella, harus selalu membasuh tangan secara baik sesudah buang air
besar atau menjelang makan atau memegang makanan yang akan di makan, dan daging
harus disimpan dalam pendingin serta memasak makanan secepatnya .
Hindarkan membiarkan makanan pada
temperatur kamar lebih lama.Para pekerja laboratorium dan wisatawan yang akan
mengunjungi daerah prevalensi tifoid tinggi hendaknya mendapatkan vaksinasi
dahulu sebagai pencegahan terhadap
penyakit ini.
Daftar
Pustaka:
Cooper, B Robert.1996.Diseases.Newyork:Cornel
medical center
Usu.DemamTifoid.[pdf] .(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28625/4/Chapt er%20II.pdf.
Diakses 9 maret 2013)
Unimus.Demam Tifoid.[pdf].( http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl- sitimuasar-5257-2-bab2.pdf. diakses 9 maret 2013)
casino, poker room, blackjack, bingo
BalasHapuscasino, poker room, blackjack, bingo room, blackjack, bingo room, jancasino.com poker apr casino room, poker room, poker https://vannienailor4166blog.blogspot.com/ room, poker room, poker 출장마사지 room, poker room, 바카라 사이트