Minggu, 10 Maret 2013

Demam Tifoid









A.    Demam tifoid
Disebut juga dengan Typus abdominalis atau typoid fever.  Demam tipoid ialah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan  (usus halus) dengan gejala demam  satu minggu atau lebih  disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran .
B.     Etiologi
Demam tifoid disebabkan oleh bakteri  Salmonella typhi atau  salmonella paratyphi  dari Genus Salmonella. Bakteri ini berbentuk batang, gram negatip, tidak  membentuk spora, motil, berkapsul dan mempunyai flagella (bergerak dengan rambut getar). Salmonella typhi mempunyai 3 macam antigen, yaitu :
1. Antigen O (Antigen somatik), yaitu terletak pada lapisan luar dari tubuh kuman. Bagian ini mempunyai struktur kimia lipopolisakarida atau disebut juga endotoksin. Antigen ini tahan terhadap panas dan alkohol tetapi tidak tahan terhadap formaldehid.
2. Antigen H (Antigen Flagella), yang terletak pada flagella, fimbriae atau pili dari kuman. Antigen ini mempunyai struktur kimia suatu protein dan tahan terhadap formaldehid tetapi tidak tahan terhadap panas dan alkohol.
3. Antigen Vi yang terletak pada kapsul (envelope) dari kuman yang dapat melindungi kuman terhadap fagositosis. Ketiga macam antigen tersebut di atas di dalam tubuh penderita akan      menimbulkan pula pembentukan 3 macam antibodi yang lazim disebut aglutinin.



C.    Patogenesis
            Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi masuk kedalam tubuh manusia melalui makanan yang terkontaminasi kuman. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus dan berkembang biak. Bila respon imunitas humoral mukosa  IgA  usus kurang baik maka kuman akan menembus sel-sel epitel terutama sel M  dan selanjutnya ke lamina propia.
Di lamina propia kuman berkembang biak dan difagosit oleh sel-sel fagosit terutama oleh makrofag. Kuman dapat hidup dan berkembang biak di dalam makrofag dan selanjutnya dibawa ke  plaque Peyeri  ileum distal dan kemudian ke kelenjar getah bening mesenterika. Selanjutnya melalui duktus torasikus kuman yang terdapat di dalam makrofag ini masuk ke dalam sirkulasi darah (mengakibatkan bakterimia pertama yang asimtomatik) dan menyebar ke seluruh organ retikuloendotelial tubuh terutama hati dan limpa. Di organ-organ ini kuman meninggalkan sel-sel fagosit dan kemudian berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid dan selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi darah lagi yang mengakibatkan bakterimia yang kedua kalinya dengan disertai tanda-tanda dan gejala penyakit infeksi sistemik, seperti demam, malaise, mialgia, sakit kepala dan sakit perut.
D.    Perubahan anatomis dan fisiologis
Anatomis : hati membesar, perut kembung, perut tegang serta berat badan menurun
Fisiologis: gangguan penurunan absorbsi pada usus besar, gangguan pemenuhan kebutuhan tubuh eliminasi pada BAB



E.     Gejala Klinis
Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika dibanding dengan penderita dewasa. Masa inkubasi rata-rata 10 – 20 hari. Setelah masa inkubasi maka ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat. Kemudian menyusul gejala klinis yang biasa ditemukan, yaitu :
1. Demam
Pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu. Bersifat febris remiten dan suhu tidak berapa tinggi. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsurangsur meningkat setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua, penderita terus berada dalam keadaan demam. Dalam minggu ketiga suhu tubuh berangsur-angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.
2. Ganguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap. Bibir kering dan pecah-pecah  (ragaden) . Lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen mungkin ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan limpa membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya didapatkan konstipasi, akan tetapi mungkin pula normal bahkan dapat terjadi diare.
3. Gangguan kesadaran
 Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak berapa dalam, yaitu apatis sampai somnolen. Jarang terjadi sopor, koma atau gelisah.



F.     Terapi Dasar
Pengobatan dapat dengan memberikan amoxil chloromycetin, dan untuk toksemia parah diberikan bactrim, cipro, rocephin. Abses terlokalisir di perlukan drainase. Enterokolitis memerlukan antibiotic yang pendek, hanya kalau terjadi septicemia total dan memberikan cairan untuk mengatur keseimbangan elektrolit.pemberian antidiare, kaopectate, motofen, kodein, dan dosis kecil morfin diperlukan untuk mengurangi diare dan kram bagi mereka  yang perlu aktif.
G.    Pencegahan
Untuk mencegah salmonella, harus selalu membasuh tangan secara baik sesudah buang air besar atau menjelang makan atau memegang makanan yang akan di makan, dan daging harus disimpan dalam pendingin serta memasak makanan secepatnya . Hindarkan  membiarkan makanan pada temperatur kamar lebih lama.Para pekerja laboratorium dan wisatawan yang akan mengunjungi daerah prevalensi tifoid tinggi hendaknya mendapatkan vaksinasi dahulu sebagai pencegahan  terhadap penyakit ini.

                Daftar Pustaka:
            Cooper, B Robert.1996.Diseases.Newyork:Cornel medical center

1 komentar:

  1. casino, poker room, blackjack, bingo
    casino, poker room, blackjack, bingo room, blackjack, bingo room, jancasino.com poker apr casino room, poker room, poker https://vannienailor4166blog.blogspot.com/ room, poker room, poker 출장마사지 room, poker room, 바카라 사이트

    BalasHapus